Sekolahku

Sekolahku

Jumat, 17 Februari 2012

Pembelajaran Konvensional


         Kita megetahui bahwa pelajaran matematika bukanlah suatu pelajaran  yang mudah bagi kebanyakan orang, bahkan para gurupun menyadari bahwa para siswanya juga mengalami hal yang sama. Seorang guru haruslah mempuyai metode yang tepat dalam menyampaiakan pelajaran matematika kepada siswa. Hal ini diperlukan agar siswa aktif dan memahami apa yang diajarakan oleh guru. Artikel ini akan membahas tentang pembelajaran konvensional beserta metodenya yang dapat digunakan  pada pelajaran matematika.
         Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. ada.
         Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru dalam mengajar di sekolah yang menggunakan metode ekspositori. Sanjaya (2007: 177) megatakan bahwa dalam metode ekspositori merupakan bentuk dari pembelajaran yang berorientasi pada guru. Kegiatan pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi, dimana pada awal pelajaran guru menerangkan materi dan memberi contoh soal kemudian peserta didik membuat catatan dan membuat latihan soal kemudian bertanya jika ada informasi yang tidak dimengerti. Jadi dalam pembelajaran dengan metode ini siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah, karena peserta didik mengerjakan latihan soal mandiri, bekerjasama dengan temannya, dan disuruh mengerjakan di papan tulis. Secara umum ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
a.    siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dai informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai dengan standar,
b.     belajar secara individual,
c.     pembelajaran sangat abstrak dan teoritis,
d.     perilaku dibangun atas kebiasaan,
e.     kebenaran bersifat absolute dan pengetahuan bersifat final,
f.       guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, dan
g.     keterampilan dikembangkan atas dasar latihan,
h.     peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman,
i.       bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural.
Menurut Trianto (2007: 43) Kelemahan pembelajaran Kovensional  jika diterapkan dalam diskusi kelompok  mempunyai sifat:
a.     Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
b.    Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
c.     Kelompok belajar biasanya homogen.
d.    Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
e.     Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
f.     Pemantauan melalui onbservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
g.    Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
h.     Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
                  Mengacu pada uraian diatas, metode pembelajaran yang pada umumnya digunakan oleh guru pada pelajaran matematika lebih tepat menggunakan metode ekspositori daripada metode ceramah. Menurut Soedjana (1986: 60)  pada metode ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus berbicara saja. Kegiatan guru berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja, seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal. Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Semoga bermanfaat!!